Pages

Cara Tepat Hadapi Kegagalan


Guys, kegagalan itu adalah hal yang tak pernah bisa terhindar dari cerita hidup kita. Bagaimanapun kita mengendalikannya, pasti ada saja hal yang tidak sesuai dengan harapan. Bukan begitu?
Tapi, kegagalan itu adalah ujian yang harus kita hadapi. Bukan kita hindari.
So, berikut ini cara tepat hadapi kegagalan atau hal-hal yang perlu kamu siasati supaya bisa kuat menghadapi kegagalan.





1. Mati satu tumbuh seribu

Yap! Satu kegagalan yang kamu alami tak akan membuat hancur seribu kegagalan yang kamu miliki.  Masih punya kan list rencana untuk mewujudkan kebahagiaan yang lain? Hidup kamu ngga sekadar tentang lulus ujian sekolah, snmptn, tes kerja, sidang skripsi, atau apapun itu. Melainkan, lebih dari itu.. Coba deh kamu list, apa aja sih tujuan hidup kamu yang sebenarnya. Akan kamu persembahkan untuk siapa hal-hal yang menjadi impian kamu tadi? Kalau perlu, kamu punya buku khusus untuk menuangkan apapun impian yang ingin kamu gapai serta kegagalan apa yang telah kamu alami. Evaluasi. Perbaiki.







2. Jangan Berlarut

Ketika kamu menghadapi kegagalan, hal pertama yang tersirat dalam benak pasti: kekecewaan. Kekecewaan timbul karena kita sempat berharap, bukan? Jika tak berharap, mungkin takkan kecewa.

"Ingatlah, dunia takkan berakhir begitu saja hanya karena kau mengalami
satu kegagalan atau bahkan lebih"

Dunia akan terus berputar dan semakin kejam. Jika kau tak sekuat karang, maka hancurlah sudah ke dasar lautan. Mungkin kita bisa belajar dari anak kecil, yang saat jatuh ia menangis, namun tak lama ia melupakan itu semua dan kembali tertawa dengan sumber kebahagiannya yang lain.






3. Jangan Takabur

Guys, kita boleh merasa bahwa usaha kita telah begitu maksimal. Tapi ternyata, kita terlalu sibuk memikirkan hasil, hingga lupa pada hakikat prosesnya. Kita terlalu mengagungkan kemampuan kita, hingga kita sombong dan lupa dari siapa kemampuan itu berasal. Sejatinya, manusia itu hanya makhluk yang lemah, bukan? Dan Sang Pencipta lah yang memberikan kita peluang untuk memiliki kekuatan.

"Jika kita yakin akan keberadaan-Nya, maka harapan bukan sekadar angan."

Berharap pada makhluk berpeluang banyak untuk kecewa, tapi jika berharap pada-Nya, hati akan merasa jauh lebih tenang dan takkan banyak kecewa. Kuncinya: berdo'a, berdo'a, dan berdo'a. Allah itu dekat. Dekat sekali. Hanya kita saja yang sering kali menjauh dari-Nya. 





4. Ini hanya fase sementara

Pernah denger petikan lirik lagu peterpan yang katanya "tak ada yang abadi". Ya, di dunia ini memang tidak ada hal yang abadi. Termasuk tentang kebahagiaan dan kesedihan. Jadi, jangan merasa ketika hari ini kamu gagal, kamu gak punya harapan apa-apa lagi untuk hari esok. Ini cuma sementara. Gak berarti apa-apa dibandingkan urusan kehidupan yang abadi nanti. Jangan terlalu sibuk mengurusi kehidupan di sini, tapi, ingatlah, masih ada kehidupan lain yang menanti. The real life. In akhirat.






5. Yakin bahwa ini yang terbaik

Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang kita alami selama ini tidak pernah terlepas dari skenario-Nya? Kawan, kita boleh berencana, tapi jika Allah berkehendak lain, apakah kita bisa memaksa?


Alkisah dahulu kala, pernah ada seorang Abdi (pelayan raja/ ajudan) yang dalam hidupnya tak pernah berburuk sangka. Setiap kali menemui sesuatu hal, maka abdi itu selalu berkata, “Inilah yang terbaik, insya Allah”. Suatu hari, sang raja beserta semua penghuni istana pergi untuk berburu ke hutan.  Sebelum berburu, sang raja mengasah pedang yang akan ia gunakan nanti. Ketika sedang mengasah, tanpa sengaja jari kelingking sang raja teriris oleh pedangnya sendiri. Darah pun mengucur. Semua pengawal serta semua penghuni istana yang melihat serta mendengar kejadian itu seketika panik. Namun tidak dengan Abdi setia sang raja.  Ia temui sang raja kemudian hanya berkata, “Inilah yang terbaik, Insya Allah”. Kesabaran ada batasnnya.  Meski sang Raja dikenal sangat baik, tidak berarti ia tidak bisa marah. Raja marah dan memerintahkan pengawalnya untuk memenjarakan abdinya itu. Kemudian sang raja bertanya kepada pengawal. “Apa yang ia katakan saat kalian menutup pintu penjara?”. Pengawal menjawab, “Ia hanya mengatakan, Inilah yang terbaik, Insya Allah.” Raja semakin kesal dan menganggap abdinya itu sakit jiwa. Lama berselang semenjak kejadian terpotongnya jari raja.  Kini jarinya telah sembuh.  Rencana berburu pun tetap dilaksanakan.  Beserta seluruh pengawal, sang raja meninggalkan istana.  Mereka pergi ke hutan yang belum pernah dijamah manusia.  Mereka tidak menyadari bahwa di hutan tersebut ada sesosok raksasa buas penjaga hutan.  Raksasa ini dikenal sebagai pemakan manusia yang sengaja masuk ke hutan untuk berburu.  Ketika raja dan para pengawal masuk ke hutan, mereka kaget dengan sosok raksasa tersebut. Tak dapat melarikan diri, mereka pun ditangkap oleh raksasa.  Termasuk sang raja yang ketakutan melihat pengawal mereka dibawa oleh raksasa satu persatu.  Hingga terakhir giliran sang raja yang akan dibawa, tiba-tiba raksasa melihat ada cacat pada jarinya raja.  Akhirnya sang raja dibebaskan, karena raksasa enggan memakan manusia yang bagian tubuhnya sudah tidak utuh. Dengan sangat bersyukur ia segera kembali ke istana. Tiba di istana, raja langsung ingat kebenaran yang disampaikan abdinya. Abdinya pun segera dikeluarkan dari penjara.  Ia berterima kasih kepada abdinya, seraya berkata, “Aku berterimakasih, ketika engkau mengatakan ‘Inilah yang terbaik, Insya Allah saat jariku terpotong, aku tersadar bahwa kebaikan itu adalah aku tidak jadi dimakan oleh raksasa hutan karena fisikku tidak sempurna.”

Abdinya tersenyum, kemudian menjawab perkataan sang raja, “Yang Mulia, saya pun berucap terima kasih, karena jika seandainya saya tidak di penjara dan ikut bersamamu berburu, maka saya pun akan ikut dimakan oleh raksasa tersebut, maka inilah yang terbaik, insya Allah.”

Wallahu’alam bish showab.

Yang pasti, dari cerita tersebut kita bisa mengambil makna yang begitu dalam tentang apa arti “berbaik sangka” atau “berpikir positif”.


“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.  Allah Maha Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:216)



So, jangan lupa bersyukur, Guys. Karena kita gak sepatutnya "so tau" dengan nasib kita di masa depan nanti. Karena ada yang lebih Maha Mengetahui untuk urusan itu. Kita cukup jalani. Tafakuri.



"Kau boleh terbiasa memakan kegagalan. Asal jangan kegagalan yang terbiasa memakanmu."

windi ariesti

I'm from Indonesia. I like writing, editing video and travelling.

No comments:

Post a Comment